Who We Are?

Siapa saya?

Saya sendiri sudah mulai lupa. Tidak terlalu ingat diri sendiri semenjak kehilangan akal dalam dunia menulis.

Oke, saya, Mauren Okta Fahira. Seseorang yang terlahir beberapa belas tahun yang lalu. Saat kecil sudah terbiasa dengan tumpukan buku. Kata orang tua, saya mungkin dilahirkan dengan sebuah pencil dan buku. Mereka bercanda, tapi saya anggap itu serius. Itu mengerikan, jujur.

Terikat pada hal-hal berbau menggemaskan. Selalu begitu semenjak kecil. Kucing, apalagi. Sesuatu seperti itu enggak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan.

my little dear, my sunshine, my everything (?)

Padahal menulis enggak menggemaskan sama sekali. Membosankan, malah, tapi entah kenapa jadi sesuatu yang selalu menjerat diam-diam. Terkadang merenung pula, kenapa bertahan hidup selama belasan tahun dan betah diikatkan sesuatu yang, bikin capek, penat, pusing, membosankan.

Tapi saya cinta sekali dengan tulisan, bahkan, jika saja saya bisa menikahi sesuatu yang mati, atau suatu kata kerja, saya pasti sudah menikahi tulisan.

Kembali ke profil, saya anak tujuh belas tahun, mengidap kecanduan menulis dan menggambar. Belakangan kehilangan kendali dalam menjaga uang dan lebih memilih begadang untuk menggambar wajah oppa-oppa Korea, ketimbang melirik latihan ulangan Matematika.

Sering kena damprat diri sendiri yang menegur, kalau nanti, saya harus benar-benar berhenti. Dan saya tanya ke diri saya sendiri itu, kapan?

Saya jawab pula, enggak tahu.

Dan saya simpulkan, saya enggak akan pernah berhenti menulis.

(Mauren Okta, siswi labil, artist yang kehilangan arah, penulis yang merasa jatuh)

/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\

Nama saya, Fairuz Yumna SALSAbila. SALSA, di kapital. Karena banyak sekali nama yang tersebar di seluruh sekolah ini, padahal memanggil saya dengan Salsa saja cukup.

Enggak pernah banyak omong kecuali sama Mauren. (dan by the way, yang ngetik profil ini masih Mauren)

Sering kehilangan arah, soal jodoh, cinta, dan sebagainya. Karena enggak begitu ahli soal itu.

Sama kaya Mauren, tergilakan oleh menulis, sering lupa diri kalau sudah bermain di depan laptop. Ada tiga opsi, tugas, luyurkucu21, nulis.

Hidup dalam kerumunan orang-orang gak tahu diri lainnya, karena semua orang itu sebenarnya ga tahu diri. Dan merasa betah, walaupun enggak suka dikerumunin.

Park Chanyeol jadi crush semenjak, orok. Entah penyakit atau apa, tidak ada yang mengerti.

Sama seperti Mauren, terindentikan sebagai penggemar oppa-oppa korea.

(Fairuz Yumna SALSAbila, pelajar optimis, penuh cinta dengan oppanya, menulis jadi separuh iganya, eh, hidupnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar